Ada sebuah ungkapan anonim bahwa penetrasi dan adopsi penggunaan mobile internet adalah salah satu faktor yang mendorong berbagai perusahaan startup dalam menyukseskan ekosistem bisnis teknologi di Indonesia.
Namun, dalam 11 tahun terakhir, Indonesia menikmati pertumbuhan ekosistem bisnis teknologi sangat pesat yang didorong oleh semangat dan inovasi para pegiat startup. Pada data tahun 2020, dengan jumlah 2.193 startup, Indonesia menduduki posisi lima dunia dengan startup terbanyak.
Pertumbuhan ekosistem startup dan bisnis teknologi memiliki manfaat yang besar untuk masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu pendorong terbesar inklusi finansial. Tetapi bagaimana hal ini terwujud?
Jika dilihat dari sejarahnya, terdapat empat pilar utama yang mendorong pertumbuhan ekosistem startup di Indonesia, antara lain yakni;
1. Revolusi Teknologi Jaringan 3G
3G merupakan lonjakan revolusioner dalam industri teknologi seluler di dunia. Salah satu keunggulan 3G pada awal kemunculannya adalah memungkinkan para pengguna untuk melakukan video call atau live streaming secara langsung dari ponsel.
Hal ini juga membuktikan bahwa jaringan 3G menawarkan akses internet mobile yang jauh lebih cepat dan stabil daripada generasi sebelumnya. Kepopuleran jaringan 3G juga didukung oleh upaya yang dilakukan para operator seluler di Indonesia. Mulai dari memperbaiki infrastruktur dengan membangun lebih banyak BTS, hingga memberikan berbagai promosi paket data internet dengan harga murah.
Selain itu, tidak hanya lewat ponsel, akses internet 3G juga dapat dinikmati lewat desktop dengan modem USB yang banyak dijual di pasaran. Hal ini tentu menjadi alternatif yang lebih mudah dan terjangkau daripada memasang layanan internet rumahan.
Alhasil, perkembangan jaringan 3G memungkinkan lebih banyak masyarakat Indonesia dapat mengakses internet untuk berbagai keperluan. Hal ini juga menjadi salah satu tonggak bagi berkembangnya penyedia layanan berbasis teknologi dan internet di Indonesia.
2. Meningkatnya Pengguna Sosial Media di Indonesia
Layanan 3G komersial diluncurkan di Indonesia pada akhir tahun 2006, bertepatan dengan booming-nya media sosial seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya.
Di Indonesia juga kemudian muncul berbagai layanan berbasis sosial dengan citarasa lokal. Mulai dari yang berbentuk forum yakni: Kaskus dan Indowebster, berbasis lokasi seperti Koprol, hingga yang lebih mirip Facebook seperti Fupei dan AkuCintaSekolah (ACS).
Koprol merupakan salah satu layanan yang cukup sukses waktu itu. Setelah banyak dilirik oleh investor, akhirnya pada bulan Mei 2010, Koprol menerima tawaran akuisisi dari ‘Yahoo!’ dan mampu meningkatkan penggunanya hingga 1,5 juta user.
Momen akuisisi ‘Yahoo!’ terhadap Koprol ini sempat menjadi berita besar, serta merupakan salah satu pencapaian dan titik balik berkembangnya startup digital di Indonesia. Akuisisi ini menjadi momen penting yang menunjukkan bahwa kualitas dan kekuatan startup lokal sudah mulai dikenal, serta diakui oleh perusahaan raksasa internet dunia saat itu seperti ‘Yahoo!’.
3. BlackBerry Membuka Pintu Kepopuleran Ponsel Mobile
BlackBerry masuk ke Indonesia sekitar akhir tahun 2004 dan merajai pasar ponsel Indonesia. Pada awalnya, ponsel ini ditujukan kepada kalangan bisnis dan profesional.
Namun ternyata di Indonesia, terjadi anomali di mana ponsel ini diminati oleh berbagai kalangan, termasuk ibu rumah tangga hingga remaja. Alasannya, tidak lain adalah karena adanya fitur chat BlackBerry Messenger (BBM) yang dapat digunakan tanpa memotong pulsa seperti SMS.
Selain BBM, ponsel BlackBerry juga memiliki fitur mobile browser yang cukup canggih dan cepat, sehingga kegiatan mobile browsing juga semakin banyak dilakukan masyarakat.
Melalui fitur BlackBerry World, kita juga dapat meng-install berbagai aplikasi, mulai dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Kaskus, dan Koprol, photo editor seperti PicMix, hingga berbagai game. Masifnya penggunaan ponsel BlackBerry juga menjadi salah satu pilar pertumbuhan bisnis teknologi di Indonesia.
4. Hadirnya Startup Anak Bangsa
Tingginya penggunaan media sosial juga mendorong lahirnya beragam komunitas, salah satunya komunitas startup di berbagai kota di Indonesia. Sebut saja StartupLokal (Jakarta), Bancakan 2.0 (Yogyakarta), FOWAB (Bandung), SuWec (Surabaya), SuBali (Bali), Stasion (Malang), MusTech (Palembang), dan juga kota lainnya.
Komunitas ini menjadi wadah bagi para pegiat startup anak bangsa untuk berbagi informasi dan pengalaman mereka, sekaligus menjadi sarana untuk memperluas jaringan.
Di awal dekade 2010-an banyak startup bermunculan. Dukungan investor untuk perkembangan ekosistem startup lokal juga mulai terlihat. Salah satunya adalah dari East Ventures yang pada tahun 2010 memberikan pendanaan kepada Tokopedia, Urbanesia, dan Disdus, serta menyelenggarakan ajang Jakarta Ventures Night dan Bandung Ventures Night untuk mempertemukan startup dengan para investor.
Beberapa perusahaan besar juga mulai meluncurkan program inkubasi startup, seperti Nusantara Incubation Fund dari Bakrie Telecom, Startup Bootcamp dari Telkomsel, serta Indigo dari Telkom yang juga melahirkan berbagai startup lokal yang masih eksis dan terus berkembang hingga saat ini.
Source: Bisnis.com, Tirto.id