Kawan Bicara pasti sudah paham sejak tahun 2017 telah berkembang istilah bahasa anak Jaksel. Hal ini maksudnya adalah bahasa dimana bertemunya gabungan Bahasa Inggris, dan Indonesia sebagai bahasa pergaulan anak muda kala itu, hingga sekarang terus berkembang. Dalam konteks komunikasi, ini disebut bahasa prokem.
Bahasa prokem diciptakan oleh anak muda untuk mencairkan suasana, juga untuk merahasiakan pembicaraannya dari yang lebih tua. Istilah prokem ini telah muncul sejak akhir tahun 1980 dan awalnya menjadi bahasa untuk berkomunikasi antar preman secara rahasia.
Seiring berjalannya waktu, menurut laman situs Goodnews From Indonesia dijelaskan bahwa bahasa prokem ini dikenalkan oleh penulis-penulis terkenal dengan mencantumkan kata-kata prokem dalam bukunya.
Kata prokem sendiri berasal dari kata “preman” yang disisipi kata “ok” dan “an” dihilangkan. Banyak kata-kata lain yang juga disisipkan ok ditengahnya, seperti bokap (bapak), nyokap (nyonya), sokat (sakit).
Selain menambahkan sisipan, bahasa prokem juga terdiri dari kata-kata baru yang dibuat oleh orang-orang, seperti baper, anjay, hingga kata yang sudah kita gunakan setiap hari sebagai pengganti saya, yaitu “gue”.
Baca Juga : Strategi Komunikasi Pemasaran yang Efektif: Memahami Pasar dan Audiens Kawan Bicara
Seiring berjalannya teknologi, media sosial juga berperan dalam menjadi perantara bagi masyarakat khususnya para remaja untuk menyebarluaskan kata-kata baru (prokem) yang mereka buat. Mereka dapat dengan mudah menambahkan kata-kata baru dengan membuat kata tersebut viral di sosial media.
Selain media sosial, menurut laman website bbc Indonesia, dijelaskan bahwa acara televisi juga menjadi sarana untuk menambahkan kosakata baru, mengingat masyarakat Indonesia mudah untuk terpengaruh dan tidak ingin ketinggalan zaman. Contohnya, pada acara televisi program Dahsyat, RCTI yang mempopulerkan kata “cekidot”.
Bahkan, bahasa prokem yang muncul saat ini semakin beragam dan abstrak seiring berkembangnya kreativitas remaja zaman sekarang, seperti sabi (bisa), ngokey (oke), gokil (gila), pargoy, jamet, ngab, gemoy, bund, pansos (panjat sosial), bucin (budak cinta), gaje (gajelas), mantul (mantap betul), komuk (kondisi muka) dan masih banyak lagi.
Namun, perkembangan teknologi telah membuat masyarakat lebih mudah dalam menyerap bahasa asing. Sehingga banyak bahasa prokem yang merupakan singkatan atau kata bahasa inggris yaitu, PAP (Post A Picture), OOT (Out of Topic), FOMO (Fear of Missing), KEPO (Knowing Every Particular Object), spill, dan ghosting.
Sehingga, berbagai budaya asing yang masuk ke Indonesia secara terus menerus memunculkan ide baru kepada masyarakat untuk menciptakan kosakata baru dalam bahasa Indonesia.
Jadi, yang perlu Kawan Bicara ketahui, bahasa prokem ini telah mengubah sifat para remaja dalam menjaga eksistensi bahasa Indonesia. Tanpa mereka sadari, mereka telah menggantikan bahasa-bahasa asli Indonesia dengan bahasa prokem.
Jika dalam waktu setahun muncul 100 kosakata baru, bayangkan apa yang akan terjadi pada 10 tahun ke depan. 1000 kosakata Indonesia akan tergantikan, dan perlahan masyarakat dapat melupakan kata-kata asli nenek moyang kita.
Jadi, KBBI juga mencatat bahasa-bahasa prokem yang sering digunakan oleh masyarakat dari tahun ke tahun. Lalu mengapa KBBI menyetujui untuk mencatat bahasa yang tidak formal ini? Apakah Kawan Bicara bisa menebak?
Kata-kata prokem yang sudah masuk ke dalam KBBI seperti bucin, mager, pansos, gaptek, ambyar, alay, julid, bumil, kepo, gebetan, meme, dan lainnya adalah contoh bahasa prokem yang sudah marak digunakan masyarakat dari generasi ke generasi.
Kata-kata yang masuk ke dalam KBBI ternyata juga harus seturut dengan kaidah bahasa Indonesia, yaitu dapat dibentuk dengan pengimbuhan dan pemajemukan. Dengan adanya bahasa prokem dalam KBBI, generasi yang lebih tua akan lebih mudah untuk mempelajari perkembangan bahasa Indonesia, dan dapat berbaur dengan generasi lainnya.
Intinya, hal yang perlu ditambahkan adalah edukasi bahasa Indonesia di sekolah untuk menyadarkan para remaja tentang eksistensi bahasa Indonesia, disamping mengenal bahasa prokem. Bagaimana tanggapanmu Kawan Bicara?