Halo Kawan Bicara, tahukah kamu bahwa outfit menjadi salah satu instrumen bagi pebisnis, dalam mengetahui cara membangun personal branding yang baik? Personal branding dari outfit inilah yang akan berperan penting dalam memperkenalkan produk/jasa kepada calon customer, yang tentunya juga melalui komunikasi.
Kesan positif yang Kawan Bicara lakukan dari perkenalan dan komunikasi tersebut akan membekas pada customer. Ini bukan hanya untuk kenyamanan, outfit juga menjadi ajang personal branding untuk sebagian pebisnis dalam upaya menggaet customer.
Baca Juga : Mengenal Personal Branding: Pengertian, Manfaat, Contoh, dan Cara Meningkatkannya
Menurut Montoya (2008, dalam Imawati, 2016:178), dalam konsep utama membangun personal branding salah satunya adalah Kenampakan (The Law Of Visibility).
Dilansir dari laman daring bisnis.com, bahwa pebisnis wajib dituntut untuk membiasakan diri terlihat profesional, terutama dalam bidang sales dan marketing. Dalam memilih outfit, memang telah menjadi salah satu cara membentuk dan mempertahankan personal branding yang nantinya menjadi suatu karakter personal.
Kemudian, bagi beberapa profesi outfit yang masuk kategori produk branded bisa membantu dalam berbisnis. Hal ini karena mempermudah terciptanya relasi antara perusahaan dan klien.
Hal serupa yang sempat menjadi pembahasan melalui media sosial X (dulunya bernama twitter), bahwa barang branded menjadi obrolan hangat karena menuai pro dan kontra. Kenapa bisa terjadi? Penyebabnya adalah banyak yang beranggapan jika seseorang menggunakan luxury brand, hanya demi menjaga sebuah gengsi.
Namun, ada sebagian yang berpendapat bahwa barang mewah tersebut justru menjadi pengaruh yang sangat vital bagi klien, untuk menilai reputasi si-pebisnis dari perusahaan tersebut. Hal ini. Isa dicontohkan karena topik barang branded tersebut bisa menjadi sebuah pembuka obrolan bagi kedua pihak.
Menurut laman daring The Collector, dijelaskan bahwa barang luxury brand merupakan produk yang memiliki nilai high perceived, karena eksklusivitas dan kualitasnya. Nilai high perceived sendiri bisa diartikan sebagai keseluruhan penilaian pelanggan, terhadap kegunaan suatu produk, atas apa yang diterima dan yang diberikan oleh produk itu.
Sehingga, apabila pebisnis menggunakan outfit luxury brand tersebut, dapat memberikan rasa kepercayaan diri yang kuat, serta memiliki rasa kendali yang kuat atas sekitarnya, sehingga harga dirinya juga ikut meningkat. Selain itu, juga bisa membuat seseorang merasa diterima keberadaannya.
Ada hal menarik yang bisa Kawan Bicara pahami, bahwa fenomena menggunakan outfit luxury tersebut sering terjadi dalam dunia profesi terutama bisnis karena membutuhkan first impression yang baik saat pertemuan pertama.
Sehingga, Kawan Bicara bisa menilai sendiri apa perbedaan menggunakan barang mewah hanya untuk gengsi, atau untuk kepentingan bisnis dalam menggandeng klien baru. Bagaimana tanggapanmu Kawan Bicara?