Menerka Arah Komunikasi Menuju 4.0

Apa itu 4.0? Selepas tahun 2010 istilah tersebut sering diucapkan siapapun, meskipun digunakan untuk istilah revolusi industri(baca: Revolusi Industi 4.0). Namun, saya juga pernah mendengar istilah yang sama dalam birokrasi pemerintahan.

Saya mencoba mengutip istilah Pemprov DKI saat ini yang sedang gencarnya mensosialisasikan gerakan tatanan masyarakat Kota 4.0. Really? Let me explain step by step!

Hal tersebut dimulai dari menjabarkan prinsip kota dari 1.0, yakni pemerintah sebagai pelayan dan warga sebagai pelanggan. Lalu model 2.0 adalah pemerintah sebagai administrator untuk masyarakatnya. Kemudian sistem 3.0 dimana pemerintah sebagai fasilitator dan warga sebagai partisipan.

Nah, untuk model 4.0 yakni pemerintah sebagai kolaborator, dan warganya sebagai co-creator. Bagaimana dengan perkembangan komunikasi? Yuk! Mari kita pecahkan dengan menerka arah komunikasi menuju 4.0.

Seperti yang pernah dijelaskan, komunikasi itu adalah fenomena yang adaptif dan bisa menyesuaikan diri dengan zamannya. Tanpa mengindahkan perjalanan model komunikasi 1.0 hingga 4.0, hal tersebut harus bisa berdampingan dengan kemajuan tekonologi pada saat ini.

Siapa yang pernah langganan koran untuk melihat lowongan kerja? Gak ada ngaku nih!? Wahai kaum milenial, beruntunglah saat ini kamu bisa mengakses info lowongan kerja dengan mudah.

Kamu tidak pernah merasakan asiknya generasi X(Gen-X) (diatas generasi Milenial) memantau koran setiap hari untuk melihat informasi tersebut. Masih banyak fenomena dari kacamata milenial yang harus diketahui akan keasikan kaum Gen-X dalan mencari informasi.

Hayo ngacung siapa yang pernah antrian telfon umum untuk bagi yang LDR sama pasangan? Hei kamu yang pernah kecanduan aplikasi chat ‘MIRc’ sebelum mengenal aplikasi Omagle untuk kenalan dengan ‘stranger’.

Kayaknya yang sedang membaca tulisan ini masih menyimpan ‘Yellow Page’ dirumahnya? Saya yakin kamu pernah mencari nomor rumah gebetan melalui kitab kuning tersebut. Seru kan kehidupan Gen-X? Hampir semua yang saya sebut diatas dikatakan punah dalam artian fungsi.

Saat ini Indonesia sedang beradaptasi dengan ragam perubahan besar pada era revolusi industri (4.0) sekarang ini. Komunikasi adalah lahan bisnis penting dalam berjalannya revolusi tersebut. Dalam hal ini kita akan singgung masalah keberadan sumber informasi sebagai turunan dari induk komunikasi tersebut.

Kita sebagai milenai harus siap menjadi sosok yang mampu mengelola sumber komunikasi dan informasi dengan sangat kompetitif. Hal itu agar kita semakin produktif sepanjang era Industri 4.0 yang serba digital.

Saya terinspirasi dari tulisan Bambang Soesatyo(Ketua DPR RI) yang dimuat di portal berita detik.com. ia menjelaskan bahwa Indonesia sudah menapaki era revolusi industri 4.0, yang antara lain ditandai dengan serba digitalisasi dan otomasi.

Jika dikaitkan dengan komunikasi dn informasi sebagai ladang bisnis yang menjanjikan era digital, maka kita harus
menyadari konsekuensi logis atau dampak dari perubahan-perubahan yang ditimbulkannya.

Contohnya adalah dalam industri media kita diperkenalkan dengan wadah surat kabar cetak. Sebelum berkembangnya teknologi(baca: akses internet)pemilik perusahaan media cetak hanya disibukkan dengan persaingan antara media cetak, radio, dan televisi.

Namun, ketika masuknya internet ke Indonesia, maka inovasi untuk menggerakkan sumber data informasi menjadi lebih luas. Industri surat kabar pun mengalami penurunan skala bisnis yang cukup signifikan, karena tak bisa bisa menghindari dampak dari pesatnya pertumbuhan media online.

Saya kagum dengan Kompas Grup dalm bertahan dalam arus digitalisasi. Mereka pantang tumbang dengan idealis menerbitkan suratkabar, namun juga menciptakan media konvergensi untuk portal online. Meskipun ada beberapa anak perusahaannya seperti tabloid Soccer dan tabloid Bola yang akhir punah, namun telah digantikan oleh portal online.

Selanjutkan kamu akan saya jerumuskan terhadap teori big data sebagai ‘new oil’ yang akan diperebutkan oleh negara adikuasa. Big data mencakup semua informasi yang dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan.

Sehingga informasi rahasia yang paling dicari tergantung jenis dan konteksnya akan diprediksi sebagai komoditi panas. Hal tersebut yang akan menggeser posisi minyak. Saya berfirasat, alasan perang suatu negara suatu hari karena rebutan big data, maybe. Who knows?

Namun, saya tak akan menjelaskan secara rinci tentang big data, karena perlu konten khusus akan hal tersebut. So, bagaimana milenials, dampak yang menggambarkan perubahan akibat digitalisasi dan otomasi dalam era Industri 4.0?

Perubahan-perubahan besar menjadi tak terhindarkan ketika dunia harus bertransformasi mengikuti perubahan zaman. So, what a meaning from that story which i shared? Actually, Nobody was immortall since long time ago, but adaptive being can do. See you next time, amigo!

Penulis: Mustaqim Amna

Share This:

Apa itu 4.0? Selepas tahun 2010 istilah tersebut sering diucapkan siapapun, meskipun digunakan untuk istilah revolusi industri(baca: Revolusi Industi 4.0). Namun, saya juga pernah mendengar istilah yang sama dalam birokrasi pemerintahan.

Saya mencoba mengutip istilah Pemprov DKI saat ini yang sedang gencarnya mensosialisasikan gerakan tatanan masyarakat Kota 4.0. Really? Let me explain step by step!

Hal tersebut dimulai dari menjabarkan prinsip kota dari 1.0, yakni pemerintah sebagai pelayan dan warga sebagai pelanggan. Lalu model 2.0 adalah pemerintah sebagai administrator untuk masyarakatnya. Kemudian sistem 3.0 dimana pemerintah sebagai fasilitator dan warga sebagai partisipan.

Nah, untuk model 4.0 yakni pemerintah sebagai kolaborator, dan warganya sebagai co-creator. Bagaimana dengan perkembangan komunikasi? Yuk! Mari kita pecahkan dengan menerka arah komunikasi menuju 4.0.

Seperti yang pernah dijelaskan, komunikasi itu adalah fenomena yang adaptif dan bisa menyesuaikan diri dengan zamannya. Tanpa mengindahkan perjalanan model komunikasi 1.0 hingga 4.0, hal tersebut harus bisa berdampingan dengan kemajuan tekonologi pada saat ini.

Siapa yang pernah langganan koran untuk melihat lowongan kerja? Gak ada ngaku nih!? Wahai kaum milenial, beruntunglah saat ini kamu bisa mengakses info lowongan kerja dengan mudah.

Kamu tidak pernah merasakan asiknya generasi X(Gen-X) (diatas generasi Milenial) memantau koran setiap hari untuk melihat informasi tersebut. Masih banyak fenomena dari kacamata milenial yang harus diketahui akan keasikan kaum Gen-X dalan mencari informasi.

Hayo ngacung siapa yang pernah antrian telfon umum untuk bagi yang LDR sama pasangan? Hei kamu yang pernah kecanduan aplikasi chat ‘MIRc’ sebelum mengenal aplikasi Omagle untuk kenalan dengan ‘stranger’.

Kayaknya yang sedang membaca tulisan ini masih menyimpan ‘Yellow Page’ dirumahnya? Saya yakin kamu pernah mencari nomor rumah gebetan melalui kitab kuning tersebut. Seru kan kehidupan Gen-X? Hampir semua yang saya sebut diatas dikatakan punah dalam artian fungsi.

Saat ini Indonesia sedang beradaptasi dengan ragam perubahan besar pada era revolusi industri (4.0) sekarang ini. Komunikasi adalah lahan bisnis penting dalam berjalannya revolusi tersebut. Dalam hal ini kita akan singgung masalah keberadan sumber informasi sebagai turunan dari induk komunikasi tersebut.

Kita sebagai milenai harus siap menjadi sosok yang mampu mengelola sumber komunikasi dan informasi dengan sangat kompetitif. Hal itu agar kita semakin produktif sepanjang era Industri 4.0 yang serba digital.

Saya terinspirasi dari tulisan Bambang Soesatyo(Ketua DPR RI) yang dimuat di portal berita detik.com. ia menjelaskan bahwa Indonesia sudah menapaki era revolusi industri 4.0, yang antara lain ditandai dengan serba digitalisasi dan otomasi.

Jika dikaitkan dengan komunikasi dn informasi sebagai ladang bisnis yang menjanjikan era digital, maka kita harus
menyadari konsekuensi logis atau dampak dari perubahan-perubahan yang ditimbulkannya.

Contohnya adalah dalam industri media kita diperkenalkan dengan wadah surat kabar cetak. Sebelum berkembangnya teknologi(baca: akses internet)pemilik perusahaan media cetak hanya disibukkan dengan persaingan antara media cetak, radio, dan televisi.

Namun, ketika masuknya internet ke Indonesia, maka inovasi untuk menggerakkan sumber data informasi menjadi lebih luas. Industri surat kabar pun mengalami penurunan skala bisnis yang cukup signifikan, karena tak bisa bisa menghindari dampak dari pesatnya pertumbuhan media online.

Saya kagum dengan Kompas Grup dalm bertahan dalam arus digitalisasi. Mereka pantang tumbang dengan idealis menerbitkan suratkabar, namun juga menciptakan media konvergensi untuk portal online. Meskipun ada beberapa anak perusahaannya seperti tabloid Soccer dan tabloid Bola yang akhir punah, namun telah digantikan oleh portal online.

Selanjutkan kamu akan saya jerumuskan terhadap teori big data sebagai ‘new oil’ yang akan diperebutkan oleh negara adikuasa. Big data mencakup semua informasi yang dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan.

Sehingga informasi rahasia yang paling dicari tergantung jenis dan konteksnya akan diprediksi sebagai komoditi panas. Hal tersebut yang akan menggeser posisi minyak. Saya berfirasat, alasan perang suatu negara suatu hari karena rebutan big data, maybe. Who knows?

Namun, saya tak akan menjelaskan secara rinci tentang big data, karena perlu konten khusus akan hal tersebut. So, bagaimana milenials, dampak yang menggambarkan perubahan akibat digitalisasi dan otomasi dalam era Industri 4.0?

Perubahan-perubahan besar menjadi tak terhindarkan ketika dunia harus bertransformasi mengikuti perubahan zaman. So, what a meaning from that story which i shared? Actually, Nobody was immortall since long time ago, but adaptive being can do. See you next time, amigo!

Penulis: Mustaqim Amna

Share This:

More Articles

News

No results found.
Buka
Butuh Bantuan?
Halo, Kawan Bicara!
Ada yang bisa kami bantu?